RIL

Sejarah Singkat Penerapan RIL di PT. Suka Jaya Makmur

Suka Jaya Makmur mulai melakukan penerapan RIL sejak RKT 1998/1999. Pelaksanaan metode RIL yaitu dengan cara menyajikan data-data akurat dan direncanakan diatas peta blok dan petak kerja, sehingga peta tersebut merupakan suatu miniatur lapangan. Pengambilan data untuk mengambarkan kondisi lapangan dimulai dari kegiatan Penataan Areal Kerja, yang merencanakan blok tebangan, petak kerja dan Pelaksanaan Timber Cruising 100% pada petak kerja.

Pelaksanaan Cruising 100%

Dalam kegiatan cruising 100% data uatama yang diambil adalah :

1. Data topografi lapangan
 

Tujuan utama pelaksanaan survey topografi adalah untuk menghasilkan peta garis kontur yang tepat dan benar, yang mana dapat dimanfaatkan untuk pelaksanaan perencanaan pemanenen hutan yang detail dan untuk pengendalian/ pengawasannya.

2. Potensi, posisi dan penyebaran pohon
 

Mengetahui potensi tegakan hutan merupakan tujuan utama dari kegiatan timber cruising 100% karena besar kecilnya potensi per satuan luas sangat berpengaruh terhadap perencanaan selanjutnya. Disamping itu posisi dan penyebaran juga perlu untuk dicatat akurat, karena berkaitan erat dengan perencanaan pembuatan jalan sarad, sehingga dapat diketahui daerah-daerah mana yang potensinya tinggi dengan kerapatan yang tinggi pula. Posisi dan penyebaran pohon inilah yang akhirnya dipadukan dengan hasil survey topografi untuk kemudian dibuat rencana (trace) jalan sarad pada peta skala 1:1000. Metode pengambaran peta penyebaran pohon dan garis bentuk biasa kami sebut dengan metode classen sesuai dengan nama pemerkarsa metode tersebut.

Pertimbangan dalam pembuatan jalan sarad adalah Surat Keputusan Direktur Produksi Alas Kusuma Group Kalbarr No. 36/PH/PTK/IN/VII/1997 tanggal 1 Juli 1997, tentang Ketentuan Teknis Pelaksanaan Desain dan Pembuatan Jalan Sarad.

Kendala-kendala yang dihadapi pada awal pelaksanaan RIL di PT. Suka Jaya Makmur adalah :

1. 

Kesesuaian peta topografi/peta penyebaran pohon dengan kondisi real di lapangan, sebagai bahan dasar untuk mendesain jalan sarad masih terdapat penyimpangan, sehingga rencana yang sudah dibuat di atas peta penyebaran pohon/peta topografi kadang-kadang mengalami kesulitan untuk langsung diterapkan di lapangan.

2.

Kondisi topografi di lapangan yang cukup berat, dengan kelerengan rata-rata 15-45 % yang digolongkan ke dalam kelompok agak curam dan curam, bahkan ada lokasi-lokasi yang : kelerengannya mencapai di atas 45 %

3.

Masih banyaknya perbedaan persepsi mengenai daerah-daerah penyangga, daerah rawan erosi, dan lokasi-lokasi yang harus dijaga. Hal ini mangakibatkan kesulitan yang cukup besar mengingat daerah dataran sedang pada hutan tropis (mekanik) dipenuhi oleh jaringan sungai, anak sungai dan celah yang mengakibatkan sulitnya mendesain jalan sarad untuk menjangkau daerah-daerah yang berpotensi tinggi.

4.

Meminimalkan tingkat kerusakan, sangat kita sadari berawal dari akurasi perencanaan dalam mendesain tahapan pemanenan, baik dari desain peta topografi dan desain peta jaringan jalan sarad. Untuk itu langkah-langkah yang ditempuh sampai saat ini adalah meng- upayakan semaksimal mungkin sosialisasi pemanfaatan trace jalan sarad, yang sudah dimanfaatkan oleh operator chainsaw untuk menentukan arah rebah pohon, dan operator traktor untuk digunakan sebagai poros jalan bagi traktornya dalam rangka menyarad.

Dalam menyiasati kendala-kendala tersebut di atas, hal-hal yang sudah dan akan dilakukan adalah :

  1. Peningkatan kualitas dalam rangka pembuatan peta penyebaran pohon, yang termasuk di dalamnya termuat data-data topografi,   dengan cara :
  • Melakukan pelatihan yang mendatangkan seorang ahli dalam masalah pemetaan dan topografi dari TFF, TNC dan NRM Project.
  • Melaksanakan simulasi dan praktek langsung di lapangan
  • Mengevaluasi secara terus-menerus terhadap hasil pekerjaan yang dilaporkan team cruiser/surveyor.
  1. Kondisi lapangan yang berat dan curam, diupayakan untuk di-enclave menjadi suatu daerah rawan erosi atau daerah penyangga, dan diberi batas-batas yang jelas.
  2. Untuk mengantisipasi ketidakseragaman dalam menentukan luas dan lebar jalur penyangga pada sungai, anak sungai dan celah, diantisipasi dengan membuat garis penyangga selebar ± 50 meter pada sungai lebar lebih dari 5 meter, dan meminimalkan pembuatan jalan sarad yang memotong alur sungai.

Sejak tahun 1998 sampai saat ini seluruh kegiatan pemanenan kayu di areal PT. Suka Jaya Makmur telah menerapkan metode RIL dan juga telah disusun Standart Operating Procedure (SOP) RIL yang telah disosialisasikan kepada seluruh petugas lapangan yang menangani kegiatan pemanenan kayu.

 

Prosedur RIL dan Persyaratan Tenaga Kerja Termasuk Perencanaan dan Pelaksanaan.

1.  Suka Jaya Makmur telah memiliki SOP RIL dalam kegiatan Perencanaan dan pelaksanaan Penebangan yang mencakup tahan-tahan                    sebagai berikut :

a. Persiapan RIL

  • Menyusun rencana PAK (Penataan Areal Kerja)
  • Menyusun rencana Risalah Hutan (ITSP)

b. Pelaksanaan RIL

c, Pra Perencanaan Pemanenan

  • PAK (menyiapkan blok dan petak kerja)
  • ITSP
  • Pemetaan

d. Perencanaan Pemanenan Kayu

  • Pembuatan peta rencana operasional pemanenan
  • Penentuan jumlah pohon produksi/eksploitasi
  • Perencanaan jalan (trase jalan angkutan dan trase jalan sarad dengan peta skala 1:1000)

e. Pembukaan Wilayah Hutan(PWH)

  • Pembuatan pra sarana camp/barak
  • Pembuatan jalan angkutan
  • Pembuatan tempat penimbunan kayu

f. Operasional Pemanenan Kayu

  • Pembuatan jalan sarad sesuai trase yang telah dibuat
  • Penebangan
  • Pembuatan TPn
  • Penyaradan
  • Pembagian batang
  • Pengangkutan kayu
  • Inspeksi atau monitoring blok

g. Kegiatan Pasca Operasi Pemanenan Kayu

  • Deaktivasi jalan sarad
  • Deaktifasi TPn dan perapihan jalan angkutan

Persyaratan tenaga kerja kegiatan perencanaan dan pelaksanaan kegiatan penebangan di PT. Suka Jaya Makmur dikoordinir oleh Kepala Perencanaan yang bersertifikat GANIS CANHUT dan pelaksanaan dilapangan telah mendapatkan Inhouse Training RIL maupun training yang diselenggarakan yang bekerjasama dengan pihak luar seperti TFF dan WWF.

 

Tingkat Produksi RIL/Mesin untuk Penebangan dan Penyaradan

Produktifitas penebangan dan penyaradan sangat tergantung pada kondisi topografi/kontur lapangan, kerapatan/jumlah tegakan per Ha, diameter pohon yang ada, kemampuan operator dan cuaca.

Dengan metode RIL, kemampuan penyaradan logs menggunakan Traktor Skidder CAT 527 dalam 8 – 10 jam kerja sebesar 30 – 50 m3/unit/hari.

Dengan rata-rata 20 hari kerja per bulan (karena faktor cuaca hujan), maka produktifitas penyaradan antara 600 – 1.000 m3/unit/bulan. Kemampuan penebangan dapat lebih tinggi dari kemampuan penyaradan.

Pada metode RIL yang menjadi perhatian utama adalah kemampuan penyaradan logs, sedangkan produksi penebangan menyesuaikan dengan kemampuan penyaradan dalam rangka pengendalian kwalita kayu.

Roll Up